Diskusi Seputar Keimanan (2)

Dan tidaklah seseorang itu dikatakan berada dalam keimanan yang benar kecuali ia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.   Mengambil seluruh hukum Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah sebagai aturan bagi seluruh urusan dan aspek kehidupannya tanpa ada rasa keberatan di dalam hatinya.

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa: 65)

2.   Seorang yang mengimani Allah dan Rasul adalah orang yang melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Allah melalui Rasul-Nya sekaligus juga meninggalkan apa saja yang dilarang Allah SWT berfirman:

“Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. Dan apa saja yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (al-Hasyr: 7)

Sehingga orang-orang yang benar imannya itu ketika Allah SWT telah menetapkan sesuatu maka mereka berkata, “kami dengar dan kami taat”

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (An-Nur: 51)

3.   Orang yang beriman adalah mereka yang hanya mau menggunakan hukum-hukum Allah dalam mengatur kehidupannya di dunia.

Karena Allah telah memerintahkan kepada mereka yang beriman dalam QS. Al Maidah 48:

“Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan. Dan jangan mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu”

4.   Orang yang beriman yang sesungguhnya adalah mereka yang menerima Islam secara keseluruhan, tanpa pilah pilih terhadap hukum-hukum yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah: 208).

Ayat ini memerintahkan kaum yang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara totalitas baik dalam masalah keyakinan maupun dalam masalah hukum-hukum amal perbuatan. Hal ini dipertegas oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah 85)

Demikian itulah ciri-ciri utama orang-orang yang keimananan telah benar dan sempurna.

Dengan mengecek keberadaan ciri-ciri tersebut pada diri dan keluarga kita maka kita dapat mengetahui apakah keimanan kita telah benar dan sempurna atau belum. Begitu juga, jika kita ternyata menemukan hal-hal yang berlawanan dari ciri-ciri tersebut maka kita juga dapat mengetahui bahwa keimanan kita tidak benar dan sempurna.

Dan yang paling mudah untuk mengetahui keimanan yang benar dan sempurna tersebut adalah dengan melihat perilaku yang tampak dan dapat langsung diindera dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

Apakah diri dan keluarga kita adalah orang-orang yang selalu menjaga dan menegakkan sholat?

Apakah diri dan keluarga kita adalah orang-orang yang suka taat membayar zakat dan suka bershodaqoh?

Sudahkah kita memperhatikan setiap makanan yang masuk ketubuh kita adalah makanan yang halal saja?

Sudahkah pakaian yang kita pakai sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah untuk kita? Jika laki-laki apakah sudah sempurna menutup auratnya, untuk wanita selain menutup seluruh aurat apakah juga sudah sesuai dengan aturan Allah tentang pakaian wanita yaitu khimar (kerudung) dan Jilbab?

Apakah kita adalah orang-orang yang dalam memilih pekerjaan dan perdagangan selalu memperhatikan kehalalannya?

Apakah pergaulan kita dan keluarga kita sudah sesuai dengan syariat Allah?

Apakah kita adalah orang yang begitu khawatir tentang perbuatan yang kita lakukan sehari-hari, karena kita takut tidak mendapat ridho Allah?

Apakah kita termasuk orang-orang yang peduli dengan nasib kaum muslimin yang lain selain diri kita?

Apakah hati kita merasa tidak senang dengan terjadinya kemaksyiatan?

Bagaimana perasaan hati kita jika kita menemukan kemaksyiatan, apakah kita ingin merubahnya atau tidak?

Jika telah kita dapati pada diri dan keluarga kita bahwa kita adalah orang-orang yang selalu tunduk dengan seluruh hukum-hukum Allah dan perasaan kita tidak tenang dan tidak senang dengan apa saja yang melanggar perintah Allah (maksyiat) maka kita isnyaAllah termasuk orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Jika tidak, maka kita harus bersegera melakukan perbaikan terhadap keimanan kita itu selama ini. Bersegralah menemui para ‘ulama pewaris para nabi untuk belajar tentang aqidah (iman) kepada mereka dengan benar.

Berhentilah kita sejenak untuk merenungi diri kita. Bertafakur, melakukan muhasabah (refleksi) diri. Sudahkah kita menjadi hamba Allah yang memiliki keimanan yang benar itu. Merenunglah kita untuk keadaan kita. Sudahkah apa yang kita lakukan selama ini menunjukkan bahwa diri kita termasuk dalam kategori orang-orang yang memiliki keimanan yang benar tersebut.

Kemudian, mari kita lanjutkan lagi diskusi ini. Tentang orang-orang yang mengaku telah beriman tapi tidak nampak ciri-ciri yang telah disebutkan sebelumnya pada diri mereka. Bagaimana keadaan mereka?

Betul, saya ingin menanyakan hal itu. Apakah mereka bisa dikatakan tidak beriman? Bukankah kita tidak dapat mengetahui isi pikiran dan hati orang lain? Dan kita tidak bisa menuduh sembarangan bahwa mereka tidak beriman, bukan?

Be Continued…

Tinggalkan komentar